Adat Nan Sabana Adat,
adalah
undang - undang alam ciptaan Allah yang bersifat menyeluruh, yaitu hukum yang
kekal. Aturan aturan yang dibuat alam
takambang, yang mampu merobahnya adalah pencipta alam itu sendiri yaitu
Allah, dan diistilahkan dalam bahasa Minang Indak
lapuak dek hujan, Indak lakang dek paneh.
Adat Nan Diadatkan,
yaitu
peraturan yang dibuat berdasarkan kata mufakat, yang sangat erat hubunganya
dengan titah Datuak Parpatiah Nan
Sabatang dan Datuak Katumangguangan.
Kedua datuak ini adalah nenek
moyang orang Minangkabau yang menjadikan alam sebagai guru dengan ungkapan alam takambang manjadi guru, merupakan
dasar falsafah adat sebagaimana dalam pepatah :
Panakiak
pisau suruik
Ambiak
galah batang lintabuang
Silodang ambiak kaniru
Nan satitiak jadikan lauik
Nan sakapa jadikan gunuang
Alam takambang jadi guru
( Penakik pisau surut
Ambil galah batang lintabung
Selodang ambil untuk niru
Yang setetes jadikan laut
Yang sekepal jadikan gunung
Alam takambang jadikan guru).
Pepatah ini dimaknai
bahwa Datuak Parpatiah Nan Sabatang dan
Datuak Katumangguangan membuat peraturan, kemudian dijadikan sebagai
pegangan oleh masyarakat Minangkabau
yang bersumber dari alam. Hal ini ditegaskan oleh Zulhelman dalam Mahdi Bahar
bahwa :
Nenek moyang
Minangkabau menggunakan alam, seperti alam flora, fauna dan benda benda alam
lainya sebagai sumber pengetahuan yang bertujuan untuk mengatur masyarakat
dalam segala bidang.
Pernyataan ini
juga digunakan di Tabek Panjang untuk membuat peraturan oleh masyarakat
setempat, hal ini disebabkan adat nan
diadatkan tidak sama pada setiap nagari,
dan dapat berubah menurut perkembangan masyarakat.
Fatwa adat
mengatakan tagak adaik dek supakaik (berdiri
adat karena sepakat), atau hasil musyawarah pemuka - pemuka adat dalam nagari yang disebut buek atau karang buatan , dalam pengertian lain ialah ikatan yang
dibuat untuk bersama.
Di masyarakat
Tabek Panjang adat nan diadatkan ini
memakai sistem Datuak Parpatiah Nan
Sabatang yaitu dengan cara musyawarah dalam mencari kesepakatan, hasil
kesepakatan dilaksanakan dengan sistem Datuak
Katumangguangan. Hal ini terlihat dalam acara perkawinan, apabila anak atau
kemenakan mengadakan pernikahan, maka seluruh ninikmamak dan sanak famili mengadakan baiyo iyo (musyawarah untuk mencari kesepakatan), dalam acara
pernikahan tersebut. Pelaksanaan dari
hasil baiyo iyo, mamak dapat memberikan
tugas langsung pada kemenakan, Bundo Kanduang, untuk memanggil dan
memberitahu masyarakat sekitar bahwa
pernikahan dan resepsi akan diadakan pada hari yang telah disepakati dari baiyo iyo tersebut.
Adat
nan teradat, yaitu
sesuatu kebiasaan yang dipakai secara umum karena hasil tiru meniru akibat
persinggungan dengan budaya lain, seperti berolah raga, berkesenian, berjudi,
adu ayam dan sebagainya. Kesenian rakyat yang ada di Tabek Panjang merupakan
akibat persinggungan dengan adat daerah lain, seperti daerah yang berbatasan
dengan desa Tabek Panjang sehingga secara tidak langsung mempengaruhi adat nan taradat di masyarakat Tabek
Panjang. Angku Maruhun ( Ninikmamak Kaum
Jambak desa Tabek) juga mempertegas : adek
saperti baolah raga, bakesenian, baampok, sabuang ayam, nan ado di kampuang
awak adolah pangaruah dari kampung sebalah ( adat sepert berolah raga,
berkesenian, berjudi, adu ayam, yang ada di kampung kita adalah pengaruh dari
kampung sebelah) akhirnya menjadi tradisi dalam masyarakat.
Adat
istiadat, adalah kebiasaan atau kelaziman dalam
suatu nagari, yang bersifat fleksibel
dengan istilah babuhua sentak. Pelanggaran
yang terjadi akan menjadi ejekan bagi masyarakat setempat. Contoh di daerah
kota apabila wanita berpakaian rok mini dan celana pendek terkadang biasa saja
bagi masyarakatnya, akan tetapi kalau di masyarakat Tabek Panjang akan menjadi
perbincangan dalam nagari.
Dapat
disimpulkan bahwa adat nan sabana adat,
adat nan diadatkan adalah adat nan babuhua mati artinya aturan
yang tidak boleh dibuka, dirobah dan dihapuskan, sedangkan adat nan taradat dan adat
istiadat bersifat babuhua sentak,
artinya adat yang disusun untuk mengatur pergaulan hidup dalam masyarakat Tabek
Panjang dapat mengikuti perkembangan zaman untuk mendapatkan adat yang lebih
baik, dan aturan - aturan itu harus sesuai dengan falsafah Minangkabau adat basandi syarak, syarak basandi
kitabullah.
Dari uraian di atas,
pengertian adat ialah kebiasaan. Kebiasaan yang telah disepakati, apabila
terjadi pelanggaran akan mendapatkan hukuman disebut juga hukum adat. Dalam masyarakat
Tabek Panjang khususnya, jika terjadi sesuatu pelanggaran atas ketentuan adat,
bukan saja sipelaggar mendapat aib atau malu, tetapi seluruh kaum keluarga dan mamak ataupun Datuk pasukuan
akan menanggung akibatnya.
Orang yang
paling berperan dalam pengetahuan tentang adat adalah ninik mamak, Alim ulama, cadiak pandai (cerdik pandai), sebagai
orang terhormat dan terpandang statusnya dalam masyarakat. Kaum ninik mamak yang biasa dikenal sebagai pemangku adat disebut
dengan Panghulu. Seorang Panghulu dipilih secara turun temurun oleh anak
kemenakan sepasukuannya sebagai pemimpin kaumnya,
pemelihara dan penjaga adat dengan panggilan Datuk. Panghulu pemegang kekuasaan adat dalam nagari Tabek Panjang yang memakai mahkota yang dinamai saluak, dipakai ketika acara adat, dan
waktu sehari - hari nya datuk mamakai kupiah
(peci nasional) yang badeta (renda).
Saluak dengan kerut - kerut di kening yang lebar, melambangkan
sifat dan watak seorang Panghulu yang
berpikir tajam dan beralam lebar. Bentuk Saluak
Panghulu dibuat melambangkan beringin sebagai lambang keadilan hukum adat. Hal ini dikemukan oleh
Idrus Hakimi, menyatakan peran seorang
Panghulu dalam masyarakatnya yaitu:
Penghulu dalam
suku bisa diibaratkan sebagai hari paneh
tampek balinduang, hari hujan tampek bataduah, kapai tampek batanyo, kapulang
tampek babarito, kakusuik kamanyalasai, kok karuah nan manjanihi, hilang
kamancari, tabanam nan manyilami, tarapuang nan kamangaik, hanyuik nan
kamaminteh, panjang nan mangarek, singkek nan kamauleh, senteng nan ka mambilai.
(panas tempat berlindung, hujan tempat berteduh, pergi tempat bertanya, kembali
tempat berberita, kusut tempat menyelesaikan, bila keruh akan dijernihkan,
hilang akan dicari, terbenam akan menyelami, terapung akan mengait, hanyut akan
memintas, panjang akan memotong, pendak akan diulas kurang akan menambah).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar