Kepedulian
masyarakat untuk memainkan musik gandang
tigo sudah ada sejak dahulunya untuk menjaga dan merawat kesenian
tradisional ini sebagai musik rakyat. Musik rakyat adalah musik yang spontan,
dan tradisional dari sekelompok orang, ras, daerah, atau suatu bangsa tertentu.
Kepedulian itu bukanlah orang orang yang mempersiapkan diri sebagai seniman
yang belajar bertahun tahun sebagai pemusik profesional. Akan tetapi mereka
(masyarakat) adalah orang yang sadar akan menjaga, melihara dan mengembangkan
kesenian tradisional yang mereka miliki sebagai kebudayaan masyarakat Tabek
Panjang.
Dari hasil
wawancara saya di lapangan, pemain musik gandang
tigo dapat diketahui generasinya pada tahun 1900-an. Hal ini didapat dari
salah seorang pemain gadang tigo Gerasi tahun 1960-an Emrizal Sutan Marajo ( Inyiak Ajo ) Mengatakan bahwa :
Inyiak Ajo |
"Musik gandang tigo pernah dimainkan oleh kakek
saya bernama Ghazali dengan panggilan Inyiak Ajo, lahir diperkirakan pada tahun
1880-an, dimasa Ghazali, mempunyai beberapa teman yang bisa memainkan musik gandang tigo diantarannya, Inyiak Adang
Pinyak, Datuak Kayo, dan Indo jolelo."
Selain itu
Angku Maruhun (Tokoh Masyarakat Tabek Panjang ) menambahkan bahwa :
"Selain yang
dikatakan Emrizal Sutan Marajo ada lagi yang pernah saya lihat bahwa musik gandang tigo pernah dimainkan oleh
Inyiak Ulu, Inyiak Malin Sutan, dan Syam
pada acara bagurau".
Generasi setelah tahun 1900-an
adalah generasi tahun 1930-an Angku Maruhun mengatakan :
Orang orang
yang memainkan musik gandang tigo
adalah Saibi Sutan Rajo Basa, (guru dari ketiga pemain gandang tigo generasi 1960-an). Dimasa Inyiak Basa beliau mempunyai teman
bermain gandang tigo, diantaranya,
Inyiak Naro Saka, Malin Malelo, saya sendiri (Angku maruhun), Zakaria Sutan
Manaro,dan Sutan Darwis.
Tommy Arif |
Beserta teman teman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar